Ada banyak hal di dunia ini yang sulit
dibayangkan jika belum pernah dialami secara nyata. Salah satunya menjadi ibu.
Menjadi ibu itu tidak bisa dikhayalkan sebelum benar-benar merasakannya. Saya baru
merasakan bahwa menjadi ibu dibutuhkan perjuangan yang luar biasa, ketika
memiliki Arina, anak saya. Baby blues setelah melahirkan adalah salah satu
cerita, yang sudah saya tulis di sini. Diare, adalah cerita lainnya.
Jangan pernah sepelekan diare. Saya sudah
beberapa kali dirawat di rumah sakit karena masalah ini. Salah satu yang paling
parah adalah saat saya hamil 6 bulan. Sejak pagi, perut saya tidak enak. Saya
buang-buang air sampai empat kali. Untungnya, saat itu sedang ada suami saya.
Saat perut saya kembali melilit luar biasa, langsung menjerit dan bilang, “Bawa
aku ke rumah sakit, sekarang!”
Sebegitunya saya nggak tahan sama sakitnya.
Padahal, saya tipikal orang yang kalau sakit, ke dokter aja males. Kalau saya
sampai minta ke rumah sakit, itu artinya saya udah bener-bener nggak kuat. Di
rumah sakit saya langsung masuk UGD. Setelah diinfus dan diambil darahnya, saya
dinyatakan harus dirawat. Karena ada infeksi di saluran pencernaan.
Diare saat nggak hamil aja udah menyiksa, ini
saat lagi hamil enam bulan. Rasanya nusuk banget sampai ke ulu hati. Dokter
kandungan saya saat itu juga ikutan meriksa. Saya dikasih obat antikontraksi.
Karena khawatir kalau karena sakit perutnya ini bisa memicu kontraksi,
sedangkan usia kandungan baru enam bulan.
Saya juga di-USG, untuk tahu apakah si bayi
baik-baik saja saat ibunya buang-buang air terus begini.
“Ibu abis makan apa, sih?” tanya dokter
kandungan saya saat itu.”
“Seinget saya, saya makan biasa aja. Tapi
memang kebetulan kemarin malam makan ayam bakar.”
“Di pinggir jalan, ya? Tempatnya bersih
nggak? Ayamnya mateng bener, nggak? Besok-besok jangan makan sembarangan, ya
Bu. Kalau bisa jangan yang di pinggir jalan, dan masakannya harus matang. Kalau
kurang mateng bisa kemungkinan ada bakteri yang juga masuk.”
Saya langsung manggut-manggut.
Empat hari saya dirawat. Dan setelah
melahirkan, diare ini kembali menghantui saya lagi. Tepatnya saat Arina baru
berusia tiga bulan. Saya diare sampai sekitar lima belas kali di rumah. Lima belas kali dalam sehari! Ini rekor. Saya sampai lemes banget. Di samping itu
saya masih terus nyusuin. Kebayang nggak rasanya gimana, nyusuin sambil badan
lemes. Rasanya udah kayak dehidrasi dan mau pingsan. Alhasil karena badan udah
semakin nggak enak dan sampai demam, saya minta dibawa ke rumah sakit.
Lagi-lagi saya harus dirawat. Diagnosanya
ya karena diare akut. Untuk yang kali itu saya nggak tahu sebab
pastinya apa kenapa saya diare. Yang jelas saat itu saya masih dalam keadaan
sering limbung karena baby blues. Memangnya beban pikiran dan stres bisa
mengakibatkan diare? Bisa banget!
"Saluran
gastrointestinal kita, yakni lambung dan usus memiliki banyak saraf. Otak kita
memengaruhi apa yang terjadi di saluran pencernaan kita dan juga sebaliknya,”
ujar Kyle Staller, M.D., M.P.H., seorang Gastroenterolog di Massachusetts
General Hospital seperti dikutip dari Self.com. Stres bisa membuat usus rentan meradang. Hasilnya bisa diare,
atau sembelit. Akan tetapi, lebih sering akibatnya adalah diare. Pada akhirnya
organ-organ dalam tubuh kita merupakan satu kesatuan, yang tentunya sangat
dipengaruhi kondisi psikologis kita juga. Stres, kecemasan dan lain sebagainya
dapat berdampak pada fisik kita.
Arina terpaksa harus ikut nginap di rumah sakit karena saya dirawat :(.
Tahu
nggak rasanya lagi hamil besar dan bayi lagi aktif-aktifnya di dalem perut tapi
terus diare? Setiap berapa menit saya meringis, sampai nggak bisa tidur di
rumah sakit.
Tahu
nggak rasanya buang air besar terus-terusan, cuma selang beberapa menit,
sementara anak terus-terusan minta dinenenin?
Diare saat hamil dan menyusui itu sungguh menyiksa.
Diare saat hamil dan menyusui itu sungguh menyiksa.
Nggak
bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Tubuh rasanya lemes selemes-lemesnya. Rasanya
nggak tega waktu dirawat karena Arina jadi harus ikut nginep di rumah sakit.
Dirawat di rumah sakit setelah belasan kali buang air besar dalam sehari |
Mencegah dan Mengatasi diare
Diare
sepertinya terlihat sepele, tapi menurut Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 tentang Situasi Diare di Indonesia, pada tahun 2008, diare
dan gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan pasien
rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia, dengan jumlah pasien sebanyak 200.412.
Urutan ini disusul oleh penyakit demam berdarah dengue, serta demam tifoid di
urutan kedua dan ketiga. Apakah diare bisa menyebabkan kematian?
Dari
data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007, tentang penyebab kematian untuk semua umur, diare merupakan
penyebab kematian ke-13, setelah penyakit jantung iskemik dan pneumonia.
Bahkan, penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak
adalah diare, yakni sebesar 31,4%, lebih tinggi dari pneumonia (23,8%). Begitu juga penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), diare menjadi penyebab terbanyak (25,2%).
Jadi, masih mau menganggap enteng diare? Diare bisa sampai menyebabkan kematian karena tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Karena itu, atasi diare dengan tepat dan benar.
Karena
sudah sering merasakan diare yang berdampak pada rawat inap di rumah sakit,
saya ingin membagikan cara mencegah dan mengatasi diare yang saya dapat dari
dokter-dokter yang pernah menangani saya.
1. Cuci
Tangan
Cuci
tangan mungkin terlihat persoalan sepele. Tapi, kuman itu paling banyak ada di
jari dan tangan kita. Kalau kita makan tanpa cuci tangan dengan bersih, ada
kuman-kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh. Cuci tangan tidak hanya sebelum dan
sesudah makan saja, tapi juga ketika hendak mengolah makanan.
2. Perhatikan Kebersihan Makanan
Bukan
hanya kebersihan tangan yang penting tapi juga kebersihan makanan yang kita
konsumsi. Paling baik tentunya kita mengonsumsi makanan yang kita olah sendiri.
Kita tahu sumbernya dari mana, mengolahnya dengan higienis, dan tentunya tanpa
pengawet dan bahan-bahan kimia berbahaya. Tapi, jika ada keadaan yang memaksa
tidak bisa mengonsumsi makanan yang dibuat sendiri, ada baiknya pilih tempat
makan yang memang terjamin kualitas makanan dan kebersihan tempat makannya.
3. Hidrasi Tubuh dengan Baik
Jangan
sampai tubuh kekurangan cairan saat diare. Diare pada dasarnya adalah reaksi
tubuh ketika ada hal yang tidak beres dan tubuh ingin mengeluarkan racun
tersebut. Karena proses pengeluarannya inilah, banyak cairan tubuh yang ikut
larut, keluar dan hilang. Karena itu penting untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang dengan minum air putih yang cukup dan minum oralit.
4. Fasilitasi Stres dengan Baik
Sama seperti emosi pada umumnya, stress harus
bisa dikeluarkan agar tidak membahayakan kondisi tubuh kita. Yang perlu
diperhatikan dari stres adalah bukannya melenyapkannya, tapi mengeluarkannya
dengan cara yang efektif. Misalnya, jika ingin marah, ya marahlah. Ingin sedih,
ya menangislah. Usahakan untuk tetap mengontrolnya, jangan sampai merugikan
diri sendiri dan orang lain. Karena stres yang dipendam sama seperti
memelihara monster yang dipasung. Dampaknya bisa lebih parah dan fatal untuk
jangka panjangnya.
5. Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Jika
daya tahan tubuh kita meningkat, penyakit juga akan jauh dari kita. Diare
biasanya rentan menyerang orang-orang yang daya tahan tubuhnya sedang lemah.
Karena itu usahakan selalu makan makanan yang sehat, olahraga teratur, dan
istirahat yang cukup. Bila perlu konsumsi vitamin supaya nggak gampang sakit.
6. Minum Obat Diare
Jika diare sudah mengganggu, sementara
kondisi fisik masih bisa beraktivitas da nada kegiatan penting yang tidak bisa
ditinggalkan, segera atasi diare dengan minum obat diare. Tapi, ingat, diare
itu alarm tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang tidak semestinya ada di tubuh,
jangan langsung menghentikannya secara tiba-tiba. Ini bisa membuat organ kaget,
dan racun yang harusnya keluar malah tidak bisa keluar. Obat diare yang terlalu keras
juga justru malah bisa menyebabkan sembelit. Pilih
obat yang bukan tiba-tiba membuat “mampet”, tapi, yang dapat menyerap racun,
bakteri, dan virus, kemudian mengeluarkannya dari tubuh kita.
Jika diare
tidak juga berhenti dan justru membuat tubuh semakin lemas, segera hubungi
dokter. Yuk, jadi manusia yang semakin sadar akan tubuhnya sendiri. Dengan meningkatkan
kesadaran akan gejala penyakit yang datang menghampiri, kita akan lebih sayang lagi
dengan tubuh kita ini. Punya pengalaman juga seputar diare dan cara
mengobatinya? Boleh share di kolom komentar ya!
Foto dan desain grafis: Aprillia Ramadhina
Referensi:
- Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2011
- https://www.self.com/story/stress-diarrhea-and-constipation
Referensi:
- Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2011
- https://www.self.com/story/stress-diarrhea-and-constipation
Aduh, Mbak. Nggak kebayang saya gimana rasanya hamil trus diare. Semoga kita lebih aware dengan kesehatan tubuh dan lingkungan ya, Mbak. Dan benar, diare tidak bisa disepelekan.
BalasHapusAmpun, nggak kebayang itu ngilunya. Iya, betul, nggak bisa disepelein sama sekali. Apalagi kalau yang kena anak-anak ya.
HapusSaya pernah jg Mba pas hamil diare, rasanya lemes bgt. Gara2 jajan dipinggir jalan jg :D
BalasHapusIya. Kalau lagi hamil harus ekstra bgt deh jaga makannya
Hapuskalau diare emang lemesnya duh bikin ga bisa ngapa - ngapain, sehat selalu ya mbak
BalasHapusIya. Kalo lagi hamil atau nyusuin lemesnya dobel. Makasih Mbak. Sehat terus juga untuk Mbak n keluarga
Hapusyang terpenting juga sebelum makan jangan lupa untuk cuci tangan, karrena banyak kuman kuman setelah kita beraktifitas, pake sabun yang bersih
BalasHapusTul sekali kak. Keliatannya sepele ya soal cuci tangan ini tapi dampaknya besar.
Hapusduh ngeri amat mba April diare pas lg hamil, sepanjang usiaku diare sering aku alami pas waktu kecil doang iya karena dulu banyak jajan sembarangan segala yang ada dihabek hahaha semoga sehat selalu y mba
BalasHapusDiare saat dewasa itu menyiksaaa. Amin. Makasih Mbak. Semoga Mbak Herva n keluarga juga sehat selalu.
Hapus