Sabtu, 28 September 2019

Menghidupkan Minat Baca Hingga ke Pelosok Negeri Melalui Keluarga, Komunitas dan Festival Literasi

IIBF 2019. Foto: Aprillia Ramadhina

Benarkah minat baca masyarakat Indonesia rendah? Atau sebenarnya ada hal lain yang menyebabkan minat baca kita rendah, bukan karena semata ketidakmauan dari masyarakatnya untuk mengonsumsi bacaan dan buku? Kita tentu sering mendengar berbagai survei yang memperlihatkan betapa minimnya kemampuan literasi negara kita. Dilansir dari Detik.com, Central Connecticut State University (CCSU) merilis peringkat literasi negara-negara di dunia pada tahun 2016 melalui survei berjudul “World's Most Literate Nations”. Hasilnya, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Rendah sekali ya? 

Hanya saja, nyatanya peringkat rendah tersebut, tidak semata-mata karena minat baca masyarakat yang kurang. Dari penelusuran berbagai artikel yang saya baca di media, maupun pengalaman menjual buku bekas, hingga berkunjung ke berbagai pameran buku ,saya merangkum hal apa saja yang membuat minat baca masyarakat kita dikatakan rendah.


Penyebab Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah


Najwa Shihab, seperti dilansir dari Media Indonesia mengungkapkan dua hal yang menyebabkan minat baca orang Indonesia rendah, yaitu sulitnya mengakses buku dan mahalnya harga buku.

1. Akses buku dan bacaan yang belum merata
Jaringan toko buku cukup terbatas dan tidak merata ke seluruh daerah di Indonesia. Distribusi buku masih banyak berputar hanya di kota-kota besar. Belum lagi jumlah perpustakaan dan taman baca yang juga belum menjangkau ke seluruh wilayah hingga ke daerah terpencil. Karena itu, untuk mengakses atau membeli buku bacaan cukup sulit. Toko buku online menjadi andalan. Hanya saja, para pembelinya juga tersandung ongkos kirim yang lumayan karena rata-rata toko buku online juga berlokasi dan mengirim buku dari kota besar. 

2. Harga buku yang mahal
Saya sering berkunjung ke toko buku, tapi tidak pernah melihat toko buku yang ramai sekali pengunjung. Berbeda dengan jika saya pergi ke pameran buku di mana harga bukunya lebih murah dan banyak potongan harga. Jadi, masyarakat jarang ke toko buku bukan karena malas membaca, tapi enggan membeli buku-buku yang harganya mahal.


Membudayakan Literasi dengan Meningkatkan Minat Baca

Kemampuan literasi tidak hanya sekadar bisa membaca dan menulis saja. Arti kata “literasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mencakup arti pengetahuan atau keterampilan dalam bidang dan aktivitas tertentu serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Kedua hal itu, tentunya dapat ditopang melalui arti literasi yang paling mendasar, yaitu kemampuan menulis dan membaca.

Dari kemampuan menulis dan membaca yang baik, seseorang akan menjadi lebih tahu dan lebih terampil akan suatu bidang. Kemampuan tersebut jika semakin diasah dapat memberikan manfaat besar sehingga bisa menjadi pandai, mahir, berani, tangkas dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu dan mengatasi tantangan dalam kehidupan.

1. Menjual Buku Bekas dan Mengirimkannya ke Berbagai Daerah
Saya sendiri punya minat yang begitu besar dengan dunia literasi. Itu yang mengantarkan saya memilih wartawan koran sebagai pekerjaan pertama selepas lulus kuliah tahun 2011. Hingga kini sudah ratusan artikel yang saya tulis di media massa. Saya juga telah menulis buku pertama saya pada tahun 2015. Saya pun senang belanja buku ke pameran buku dan mengikuti pelatihan menulis. Namun, ada hal yang juga saya gemari belakangan ini, yakni menjadi tukang buku bekas.







4 hari terjual 70 #bukubekasapril. Nggak nyangka orang-orang cukup antusias juga sama buku bekas. Ini buku-buku udah pergi ke Jakarta, Tangerang, Pamulang, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Lampung, dan Medan. Ada yang buru-buru ga sabar pengin baca bukunya sampai minta kirimnya pakai gojek karena nggak mau nunggu lama kalau kirim jne, ada yang ongkirnya bahkan lebih mahal dari harga bukunya, ada yang borong sampai 9 buku dan masih banyak yang dimau tapi udah pada sold out dan masih tanya lagi apa ada buku yang belum saya upload di instagram. Ada yang bahkan belum saya upload udah laku duluan. Ada yang sold out dalam hitungan menit setelah di upload. Ada yang meski bukunya sudah kuning, cokelat, bahkan ada yang sobek covernya tetap diambil. Ada yang nanya adakah buku ini, buku itu, yang ditulis si ini, si itu, yang judulnya ini, judulnya itu. Udah macem toko buku aja ya hihi. Senang rasanya di era yang serba digital ini masih banyak orang-orang yang mencintai buku, bahkan buku bekas. Kamu mungkin salah satunya? Cek IG : #bukubekasapril masih ada sisa-sisa buku yang nunggu diangkut :) #bukubekas #jualbukubekas #bukumurah #jualbukusastra #jualbukumurah #bukusecond #preloved #jualnovelbekas #novelbekas
A post shared by Aprillia Ramadhina (@apriltupai) on


Saya mulai menjual buku bekas sejak tahun 2017 melalui Instagram. Buku yang saya jual adalah koleksi pribadi saya sendiri. Buku-buku tersebut saya jual dengan sangat murah, mulai dari harga Rp 5.000 dan paling mahal Rp 15.000. Memang tidak setiap saat saya jual buku. Saya mulai jual buku lama saya kalau sudah banyak membeli buku baru. 

Ini saya lakukan awalnya karena saya tak tega membuang buku-buku lama saya, sementara keadaannya banyak yang sudah tidak terlalu baik, dan saya tidak telaten merawatnya. Ditambah, saya tidak punya penyimpanan yang cukup untuk buku-buku tersebut di rumah.

Tapi, ternyata kegiatan menjual buku bekas ini memberikan kepuasan tersendiri untuk saya karena antusiasme orang-orang yang luar biasa. Bahkan ada yang membeli buku saya dalam jumlah banyak, untuk dia taruh di perpustakaan dia dan ada yang membelinya untuk dijual kembali karena ternyata dia memiliki toko buku online.

Tidak tanggung-tanggung, bahkan yang memesan buku-buku saya itu dari berbagai daerah, yang bahkan ongkos kirimnya saja melebihi harga bukunya. Beberapa buku juga kertasnya sudah menguning sebagian, ada yang sampulnya sudah lecek, tapi itu tidak menyurutkan sedikit pun minat mereka untuk membelinya. Entah karena mereka betul-betul menginginkan bukunya, atau memang tidak adanya toko buku di sekitar tempat tinggal mereka, atau entah apa. Intinya saya benar-benar dibuat terharu.

Yang awalnya jual buku hanya agar punya banyak ruang untuk buku baru, ternyata punya banyak manfaatnya bagi orang lain. Membeli buku secara online adalah pilihan mereka yang tinggal jauh dari toko buku. Memilih untuk membeli buku bekas tentu karena buku-buku tersebut sudah tidak dicetak lagi. Saya terharu ketika saya ikut menjadi pengantar buku-buku bekas saya bertemu dengan para pemilik barunya. Membantu para pencinta buku mendapatkan buku-buku yang ingin mereka baca.


2. Menyalakan Minat Baca Anak Sejak Dini Melalui Keluarga yang Melek Literasi


IIBF 2019. Foto: Aprillia Ramadhina


Untuk mencapai tahap kemampuan literasi dalam tingkat kecakapan hidup, dimulai dari langkah yang paling awal dan paling mudah yaitu meningkatkan minat baca. Minat baca yang baik adalah yang telah dipupuk sejak kecil. Karena agak sulit menumbuhkan minat baca pada seseorang yang sudah dewasa dan tidak terbiasa gemar membaca.

Karena itu, penting bagi orangtua yang sudah punya anak, untuk membiasakan anaknya dekat dengan bacaan sejak dini. Hanya saja, tidak mungkin anak-anak kita rajin baca buku kalau kitanya saja malas, kan?

Bagi saya, lebih penting belanja untuk mempercantik otak ketimbang sekadar mempercantik fisik. Beri makan akal sehat kita tak hanya perut kita. Rawat pikiran kita tidak hanya raga kita. Itulah mengapa sampai saat ini saya mengalokasikan anggaran khusus untuk belanja buku. Mengapa? Karena otak yang tidak terawat dengan baik itu bahaya, maka harus diberi asupan melalui bacaan-bacaan yang bernutrisi dan berizi.

Setelah punya anak, alokasi budget belanja buku pun terbagi untuk buku anak. Saya tumbuh dengan buku. Selain orangtua dan semesta, bukulah yang turut mengasuh dan mendidik saya. Tempat saya menemukan jawaban dari pertanyaan yang sulit saya tanyakan. Tempat saya belajar dan memenuhi rasa ingin tahu saya terhadap sesuatu. Tempat saya menemukan alternatif jalan keluar dari beragam masalah hidup. Karena itu, saya cukup sering membaca buku-buku pengembangan diri. Membaca buku bagi saya bukan sekadar mencari penghiburan diri dan sarana rekreasi, tapi juga tempat menambah ilmu dan menolong diri.

Buku membantu saya berpikir runut dan mengasah logika. Buku juga membantu saya memahami jalan pikiran orang lain. Mengajarkan bagaimana cara berpikir, berbicara, dan bersikap yang baik. Bahkan mengajarkan bagaimana menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Olah grafis: Aprillia Ramadhina


Karena itu, saya ingin anak saya juga punya kecintaan yang sama atau lebih besar dari saya terhadap buku. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca pada anak sejak kecil.

- Biasakan belanja buku demi otak yang senantiasa ternutrisi dengan baik
Kamu biasa belanja kebutuhan pokok bulanan? Masukkan buku dalam daftar belanja bulanan kamu. Buat diri kamu merasa bahwa buku juga bagian dari kebutuhan utama. Tidak perlu belanja terlalu banyak. Yang terpenting kamu punya bacaan setiap harinya. Yang jelas, pastikan kebutuhan primer kamu telah terpenuhi juga dengan baik ya sebelum menghabiskan uang untuk belanja buku. Satu buku cukup untuk kamu baca dalam satu bulan. Setiap harinya baca saja minimal satu halaman. Dengan begitu saja, kamu sudah memulai kebiasaan baik dalam mengonsumsi buku.

- Belikan minimal satu buku setiap bulan untuk anak
Pada dasarnya anak-anak senang dengan buku. Karena banyak gambar menarik di dalamnya yang penuh dengan warna. Sekalipun anak kamu belum bisa membaca atau mengerti ceritanya, belikan saja agar ia terbiasa melihat buku di sekitarnya.

- Setiap ke mall ajaklah anak untuk mampir ke toko buku
Sejak bayi anak saya, Arina udah dibawa ke toko buku. Foto: apriltupai.com

Saya termasuk orang yang senang sekali berada di sekeliling buku. Ke toko buku seperti sebuah terapi bagi saya. Melihat banyak buku di raknya dengan berbagai tema dan topik tulisan membuat imajinasi saya berkelana dan inspirasi saya penuh. Saya senang berkeliling ke berbagai rak untuk sekadar membaca satu atau dua paragraf dari buku yang sudah terbuka. Karena itu, saya juga senang sekali mengajak anak saya ke toko buku. Karena dengan terbiasa ke toko buku, kelak dia akan mencintai pengalaman melihat banyak buku di sekelilingnya.

- Ajak anak ke acara-acara literasi yang melibatkan anak, seperti acara mendongeng, dan lain sebagainya.
Kini semakin banyak acara literasi yang tidak hanya diperuntukkan untuk orang dewasa saja, tapi juga untuk anak kecil. Biasanya kegiatannya berupa mendengarkan cerita, dongeng, dan lainnya. Dengan melihat banyak anak kecil lainnya yang juga begitu menyimak orang bercerita, anak kita bisa ikutan mendengarkan. Karena anak-anak, pada umumnya mengikuti teman-teman sebayanya.

- Bacakan buku cerita di rumah setiap hari
Sesibuk apa pun kegiatan dan pekerjaan kita, sebagai orangtua, sempatkanlah untuk membacakan cerita kepada anak kita setiap hari. Kegiatan bercerita ini selain membuat anak senang dengan ceritanya, tapi juga dapat meningkatkan interaksi kita dan kedekatan kita dengan anak.

- Ajak anak ke perpustakaan atau taman baca
Sekalipun anak belum bisa menulis atau membaca, selain ajak ke toko buku, cobalah ajak ke perpustakaan atau ke taman baca. Jika sudah semakin besar, ajak dia untuk meminjam buku di perpustakaan. Dengan begitu, nantinya dia akan gemar berkunjung ke perpustakaan. Karena banyak buku di perpustakaan yang biasanya tidak ada di toko buku. Sehingga koleksi bukunya lebih lengkap dan lebih banyak, terutama jika sedang membutuhkan sumber bacaan untuk mengerjakan tugas sekolah.

- Orangtua harus mencontohkan perilaku gemar baca buku
Walaupun kamu sudah melakukan langkah-langkah di atas, belum tentu anakmu akan gemar membaca. Kenapa? Mungkin karena kamu belum mencontohkannya. Anak adalah peniru yang baik. Yang pertama ia tiru tentunya adalah orangtuanya. Jika kamu saja malas baca buku, jangan harap anak kamu akan suka baca buku.


3. Menggiatkan Literasi Melalui Komunitas dan Gerakan
Membudayakan literasi dari diri sendiri dan keluarga sudah dilakukan. Bagaimana dengan menjadi masyarakat? Salah satu peranan masyarakat yang dapat berdampak dan memberi manfaat positif dalam membudayakan literasi adalah dengan membuat komunitas literasi. Jika kamu tidak bisa membuatnya, paling tidak terlibat di dalamnya, atau berkontribusi sesuatu. Berikut ini beberapa komunitas dan gerakan di Indonesia yang giat menyebarkan semangat dan budaya literasi.

- Buku Berkaki
Foto: Instagram @bukuberkaki

Banyak komunitas yang memiliki program-program yang bertujuan memperluas akses buku kepada masyarakat. Salah satu contohnya komunitas Buku Berkaki. Berdiri sejak tahun 2011 komunitas ini ingin membantu anak-anak kurang beruntung untuk lebih mudah mengakses buku. Kegiatan komunitas ini salah satunya adalah membuka donasi buku untuk kemudian disalurkan ke anak-anak yang membutuhkan dan juga ke daerah-daerah terpencil.


- Ayo Dongeng Indonesia
Foto: AyoDongengIndonesia.com

Komunitas Ayo Dongeng Indonesia berdiri sejak tahun 2011. Para pelajar dongeng atau yang disebut juga dengan Relawan Dongeng yang tergabung di dalamnya, senang mendongeng sebagai kegiatan berbagi. Tidak hanya sekadar berbagi cerita, tapi juga motivasi, keceriaan, imajinasi dan inspirasi. Mereka mendongeng untuk anak-anak, termasuk mendongeng untuk trauma healing pascabencana, mendongeng ke rumah sakit, taman baca, rumah singgah, dan kegiatan sosial lainnya. Komunitas ini juga menjadi penyelenggara acara Festival Dongeng Internasional Indonesia. Tahun ini, FDII bertema #KisahParaPahlawan akan diadakan di Museum Nasional pada tanggal 2 – 3 November 2019.


- KeReadTa
Foto: Instagram @kereadta

KeReadTa merupakan acara tahunan berupa gerakan membaca buku dan ajakan membaca di kereta. Kegiatan ini bermaksud meningkatkan kesadaran penumpang tentang pentingnya membaca dan menjadikannya bagian dari gaya hidup. Tahun ini, acara KeReadTa diinisiasi oleh Taman Baca Inovator, Indoreadgram dan Booktube Indonesia. Acara bertajuk "Make Reading A Trend" telah berlangsung pada tanggal 8 September 2019 dan diisi oleh talkshow literasi di Stasiun MRT Bundaran HI dan kampanye membaca di dalam MRT sepanjang perjalanan Stasiun Bundaran HI – Lebak Bulus – Bundaran HI.

Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi gerakan dan komunitas literasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kamu bisa ikut terlibat dalam kegiatannya, atau sesederhana menyebarkan informasinya di media sosial agar orang yang berminat bisa mengetahuinya.


4. Merayakan Gairah Literasi Melalui Pameran Buku dan Festival Literasi

Selain semakin maraknya komunitas dan gerakan literasi di berbagai daerah, pameran buku dan festival literasi juga semakin menggeliat dan berhasil menyedot banyak pengunjung.

- Patjar Merah
Foto: Instagram @patjarmerah

Salah satu yang cukup banyak dibacarakan adalah festival literasi Patjar Merah. Pada bulan Maret 2019, festival ini berlangsung di Yogyakarta dan seperti dilansir dari CNN Indonesia, dalam waktu lima hari jumlah pengunjungnya lebih dari 10 ribu orang. Selain menjual jutaan buku murah, festival ini juga menghadirkan berbagai penulis dan penggiat literasi untuk berbagi cerita dalam berbagai talkshow.

- Jakarta International Literary Festival (JILF)
Di bulan Agustus 2019, telah berlangsung acara Jakarta International Literary Festival (JILF) yang digagas oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta. Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, acara ini menghadirkan berbagai program mulai dari simposium, bincang sastra & penulis, malam pembacaan karya, dan lain sebagainya. Selain melibatkan para penulis dan pelaku industri buku, acara ini juga melibatkan banyak komunitas, seperti Kelas Puisi, Malam Puisi, Sajak Liar, dan lain-lain.

- Indonesia International Book Fair (IIBF)
Foto: indonesia-bookfair.com

Saya pun merasakan sendiri bagaimana antusiasme orang-orang begitu besar terhadap buku ketika berkunjung ke Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 yang berlangsung di JCC Senayan. Saya menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang mengerubungi buku-buku, memilih dan berbelanja. Bahkan banyak pembeli yang masih duduk di Sekolah Dasar dan ada ibu-ibu yang memilih buku anak sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
Suasana IIBF 2019. Foto: Aprillia Ramadhina

Dari pengalaman saya pribadi menjual buku bekas, ditambah melihat banyaknya orang membeli buku murah di bazar buku, saya pun berasumsi, bahwa minat baca orang Indonesia memang tidaklah rendah. Minat memiliki buku juga sangat tinggi. Karena dua sebab itu tadi, akses yang sulit, dan harga yang mahal. Nyatanya, ketika harga buku murah, masyarakat pun berbondong-bondong membeli. Semangat untuk menggiatkan literasi juga tak pernah padam, beragam gerakan dan komunitas terus bermunculan, bermacam festival literasi pun diselenggarakan. 

Sebagai masyarakat, peran kita untuk mendukung literasi adalah mulai menyalakan minat baca keluarga di rumah, berpatisipasi dalam gerakan literasi, atau paling tidak turut meramaikan acara-acara literasi.  Terutama yang memang diadakan di sekitar kita.

Di sana kita bisa menambah banyak pengetahuan. Tidak hanya seputar dunia buku saja, tapi juga tentang banyak hal lainnya yang berkaitan erat dengan kehidupan kita sebagai manusia yang terus belajar dan mencari ilmu di dunia. Panjang umur literasi!
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga



Sumber referensi:





3 komentar:

  1. Sebenarnya yang paling sederhana dan pertama ya keluarga. Sebagai orang tua, meskipun tidak suka membaca, harus mulai memaksa diri untuk dekat dengan buku. supaya anak-anaknya juga dekat dengan budaya literasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyak betuull. karna anak zaman sekarang tumbuh bersama gadget, jadi ortu yang harus proaktif bener-bener ngenalin sama buku, karna kalo ortunya aja gak antusias sama buku, gimana anaknya mau suka, ya kan

      Hapus
  2. Ulasan yang lengkap sekali! Thanks for this post kak.

    Memang benar, salah satu problema yang terjadi sekarang adalah mahalnya harga buku, sementara di sisi lain perkembangan internet / digital tak terbendung. Akhirnya menjadi sulit juga meningkatkan minat baca sejak dini.

    -Fajarwalker.com

    BalasHapus