Sabtu, 24 Maret 2018

Peran Fundamental Edukasi dalam Memajukan Bangsa




Sekolah mengajarkan kita untuk selalu seragam, tapi dunia luar mengharuskan kita menjadi yang berbeda, untuk bisa outstanding. Di sekolah kita harus mahir di banyak pelajaran, sementara di kehidupan, mereka yang bertahan adalah yang punya keahlian khusus dan spesifik.

Apa sih fungsinya pendidikan kalau kita bisa belajar dari sekolah kehidupan? Apa sih pentingnya edukasi kalau semua orang di sekitar bisa kita jadikan guru? Sejak dulu, saya sering bertanya-tanya, buat apa sekolah? Kenapa banyak sekali peraturan di sekolah?

Sepatu dan kaos kaki saya pernah disita guru waktu SMA karena sepatu saya ada garis berwarna merahnya (tidak hitam semua). Begitu juga kaos kaki saya, ada gambarnya (tidak putih semua). Tapi, saat disita, saya punya akal lain. Sebagai pengurus OSIS saat itu, tentunya saya punya loker di ruang OSIS. Di sana saya menyimpan sandal jepit. Jadi, tak masalah sepatu saya disita, saya tetap bisa pakai alas kaki.

Ibu saya juga pernah dipanggil untuk ketemu guru BK (Bimbingan dan Konseling) karena saya sering sekali datang terlambat. Saat terlambat, biasanya saya dihukum tidak boleh masuk kelas sampai dua jam pelajaran. Bagi saya itu tak masalah. Justru enak nggak harus ada di kelas.

Setelah menunggu, biasanya kami yang terlambat dihukum lari keliling lapangan. Yang selalu menghukum kami itu adalah Pembina OSIS. Dan berhubung saya pengurus OSIS, Pembina OSIS ini hafal bangetlah sama muka saya. Dia selalu bilang, sambil geleng-geleng kepala nggak habis pikir kalau lihat saya telat, “April, April. Kamu ini anak OSIS kok hobinya telat. Bukannya jadi panutan dan kasih contoh untuk anak-anak lain.”

Saya cuma cengar-cengir aja.

Kenapa saya yang rumahnya nggak jauh-jauh amat dari sekolah bisa sering terlambat? Karena saya senang menerobos pagar sekolah di detik-detik menjelang pagar itu ditutup. Mendebarkan memang, tapi seru. Itu salah satu keseruan yang bisa saya temukan dari sekian banyak pelajaran yang membosankan di kelas.

Ditegur Guru Matematika di SMA

Image: Aprillia Ramadhina


Karena sering terlambat, beberapa kali saya tidak masuk saat pelajaran matematika, berhubung pelajaran itu dijadwalkan di dua jam pertama. Saat itu kalau absen kita lebih dari tiga kali dalam sebulan, kita nggak boleh ikut ulangan.

Saya pernah kena tegur saat absen saya sudah dua kali dalam sebulan, sementara saat dia melihat nilai-nilai saya tidak ada yang jelek. Ia agak heran kenapa saya yang absennya banyak bisa tetap dapat nilai bagus. Kemudian dia bilang kalimat yang cukup menohok. “Percuma kamu pintar kalau nggak disiplin.”

Ketika sudah tak lagi berada di dunia sekolah, saya tahu mengapa datang tepat waktu itu penting. Karena itu bagian dari respek kita terhadap orang yang sudah meluangkan waktunya untuk kita. Waktu adalah sesuatu yang berharga yang dimiliki manusia. Ketika seseorang memberikan waktunya untuk bertemu kita dan kita justru menyia-nyiakannya dengan terlambat menemuinya, itu sama saja kita tidak menaruh rasa hormat kepadanya dan telah membuatnya kehilangan hal berharga yang bahkan tak bisa kita kembalikan lagi.

Pada akhirnya, peraturan di sekolah, seabsurd apa pun itu, walau kelihatannya tak ada kaitannya dengan menentukan isi kepala seseorang, dibuat untuk menciptakan keadilan. Ada hukuman dan sanksi yang sama bagi siapa pun yang melanggar, tanpa pandang bulu. Pendidikan memang tidak bertujuan untuk membuat murid sekadar pintar, tapi juga santun dan punya respek terhadap orang lain.

 
Belajar dari Kehidupan di Jalanan

Image: Aprillia Ramadhina


Saya juga pernah terjun ke jalanan sewaktu masih kuliah. Merasakan secuil perjuangan mereka yang hidupnya mengamen dari satu bus ke bus lainnya. Mengalaminya membuat saya semakin sadar, bahwa proses itu jauh lebih penting dari hasilnya.

Teman pengamen saya itu bilang begini, “Jalanan itu cuma proses, Pril. Kita juga nggak mau kok selamanya di jalanan. Gue pengin suatu saat kayak teman gue, yang tadinya cuma ngamen di bus, jadi nyanyi di kafe. Dari pengamen jalanan, terus jadi punya album.”

“Kenapa nggak kerja yang lain aja?” tanya saya.
“Kalau ada kerjaan yang lebih baik juga gue mau kok. Andai aja gue sekolah lebih tinggi.”
Ya, pada akhirnya pendidikan dan edukasi itu penting. Walaupun ilmu memang bisa didapat dari mana saja.
“Gue nggak bisa ngelamar kerjaan yang lebih bagus karena gue nggak punya ijazah sarjana kayak lo nanti, Pril.”

Kita nggak bisa menutup mata. Untuk di beberapa bidang pekerjaan, latar belakang pendidikan itu masih dipentingkan. Memang Steve Jobs dan banyak tokoh dunia lainnya membuktikan bahwa kecerdasan mereka lebih penting dari institusi pendidikan atau sekadar duduk di bangku sekolah. Tapi, toh nggak semua orang bisa kayak Steve Jobs.

Dari mereka yang hidupnya jauh lebih keras dari saya, saya belajar untuk tidak memadamkan mimpi. Sebesar apa pun. Semustahil apa pun kelihatannya. Dari hukum rimba yang berlaku di jalanan, di mana yang kuat yang bertahan, saya belajar untuk mengasah mental agar sekuat baja.

Dari edukasi yang saya dapat di institusi pendidikan dan pengalaman nyata mengecap dunia jalanan, saya semakin yakin, edukasi dan pendidikan adalah tonggak utama yang membuat individu lebih berkarakter.

Orang yang teredukasi dengan baik memiliki peluang lebih banyak untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak, akses kesehatan yang lebih baik, serta dapat memilah informasi yang lebih akurat tentang apa pun.
Tahun 2014, saya pernah ikut jadi relawan mengajar Kelas Inspirasi Desa di Cikidang, Sukabumi. Photo: Ima Lolaita


Edukasi Membantu Kita Menemukan dan Mengeluarkan Potensi Terbaik yang Kita Miliki

EduCenter, mall edukasi pertama di Indonesia. Image: Aprillia Ramadhina. Photo: Educenter.id



Akar masalah dari kemiskinan dan rendahnya kualitas hidup adalah karena kurangnya pendidikan. Maka, penting bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang dapat meningkatkan kompetensinya untuk bersaing di masa depan secara efektif dalam ekonomi global. Penting juga bagi mereka untuk memiliki kemampuan yang lebih khusus sesuai minat dan bakat mereka. Kemudian mendalaminya hingga ketika dewasa, mereka akan mahir di bidang tersebut.

Untuk mendapatkan edukasi terbaik, terkadang, pendidikan di sekolah perlu ditopang dengan pendidikan lain di luar sekolah, seperti mengambil kursus untuk lebih dalam mempelajari suatu keahlian tertentu. Dengan kursus, anak bisa memilih kemampuan apa yang ingin mereka kuasai dengan waktu yang juga bisa mereka sesuaikan sendiri.

Selain menambah pengetahuan, kursus di luar sekolah juga membuat anak bisa punya kehidupan lain di luar sekolah. Mereka bisa bersosialisasi dengan anak-anak yang berasal dari sekolah lain, sehingga pertemanan mereka lebih kaya dan beragam.

Tapi, jika anak ingin mendalami lebih dari satu bidang, kursus di banyak tempat akan membuat anak lebih lelah karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain membuat lelah dan tentunya makan waktu lebih banyak. Akan lebih efektif jika ada satu tempat kursus yang bisa memuat banyak pilihan kursus yang sesuai dengan keinginan anak.

Memangnya ada? Ada. EduCenter namanya. Dalam satu gedung ada banyak institusi edukasi. Seperti mall, bisa bebas pilih sendiri mau ambil kursus yang mana aja, dari mulai kursus matematika, bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, musik, seni, hingga karate dan balet di satu tempat.


Image: Aprillia Ramadhina. Sumber: www.educenter.id


#EduCenter memang disebut sebagai mall edukasi pertama di Indonesia dengan konsep “one stop excellence of education”. Berlokasi di BSD, di sana ada banyak tempat kursus seperti Apple Tree Pre-School, UniSadhuGuna, Farabi Music School, Young Chefs’ Academy, CMA Mental Arithmetic, Shane Learning Centre, Calculus, Flamingo Studio, Wow Art Studio, Far East Education. Tidak hanya itu, selain tempat kursus juga ada restoran, food court, dan taman bermain anak. Jadi, selain lengkap untuk belajar, anak-anak juga bisa bermain. Belajar tentunya juga harus diimbangi dengan bermain agar anak tidak stres dan tertekan.

Suasana kelas balet di Flamingo Studio di EduCenter. Photo: Instagram @educenterid


 
Mengeduksi Diri, Memajukan Negara

Image: Aprillia Ramadhina

Negara yang maju adalah negara yang masyarakatnya terdidik dengan baik. Edukasi menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Karena ketika sistem pendidikan berjalan dengan baik, maka jangka panjangnya pembangunan di berbagai bidang juga akan meningkat.

Sederhananya seperti ini, orang yang terdidik dengan baik akan lebih berkarakter, karakter ini membentuk potensi dan diri yang kemudian membuat dirinya mampu bersaing dan memperoleh hidup yang lebih sejahtera. Ketika seseorang sejahtera, ia akan mudah mendapatkan akses-akses serta informasi ke berbagai bidang, mulai dari teknologi, kesehatan, serta ekonomi.

Mereka tahu bagaimana meningkatkan taraf kehidupan dengan memanfaatkan teknologi. Mereka lebih sadar diri untuk hidup sehat karena akses informasi tak terbatas ada dalam genggaman sehingga terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya yang merugikan. Karena terdidik, mereka bisa hidup lebih sehat, produktif dan sejahtera.

Orang yang berpendidikan dapat bekerja dan mendapat upah lebih layak. Jika tidak, mereka juga bisa memulai bisnis dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Memang untuk jadi pengusaha tidak ada syarat harus mengenyam pendidikan tinggi, tapi bukan berarti mereka tidak mempelajari suatu keahlian khusus atau berusaha lebih giat lagi.

Ketika orang-orang yang teredukasi dengan baik ini bekerja dan menghidupi dirinya dengan layak, maka kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Ketika kesejahteraan meningkat, negara juga akan lebih maju.


Contoh Edukasi Terbaik dari Negara Paling Bahagia di Dunia

Tahun ini Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia. Data ini didapat dari World Happiness Report 2018 yang dikeluarkan oleh PBB. Peringkat ini ditentukan berdasarkan penilaian terhadap banyak aspek, beberapa di antaranya dari kekuatan ekonomi dan tingkat harapan hidup.

Jika mau ditelusuri, Finlandia selain sebagai negara paling bahagia ini juga memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Itu dijelaskan dalam video yang diunggah di Facebook World Economic Forum berjudul This is why Finland is one of the best places in the world to be a student.





Di Finlandia murid jarang diberikan Pekerjaan Rumah (PR), sebaliknya mereka lebih banyak didorong untuk bermain. Sekolah juga boleh mengatur jam belajarnya sendiri. Anak-anak di sana memperoleh kesetaraan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan.  Profesi guru juga dihormati dan dihargai tinggi, serta dibayar dengan layak.

Finlandia menggelontorkan sekitar 1, 2% dari GDP untuk pendidikan. Jumlah ini lebih banyak dibanding negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) lainnya yang hanya berkisar 0.8 %

Tahun ini Indonesia mengalami penurunan peringkat dalam daftar World Happiness Report. Indonesia yang sebelumnya berada di peringkat 81 menjadi peringkat 96 dari 156 negara. Berkaca dari Finlandia, ternyata ada korelasinya sistem pendidikan yang maju dengan tingkat kebahagiaan bangsa. Jika Indonesia bisa memperbaiki kualitas pendidikannya dan masyarakat yang terdidik dengan baik semakin banyak jumlahnya, bangsa kita tidak hanya lebih maju, tapi juga sekaligus akan lebih bahagia.

Foto feature image: Aprillia Ramadhina