Senin, 09 Juni 2014

Setelah Baca 'Relationshit'



Beli buku ini iseng, habis sembuh dirawat di rumah sakit, maunya baca yang nggak serius, santai dan syukur-syukur bisa bikin ketawa. Ternyata salah besar. Buat gue pribadi, buku ini jauh dari kata lucu. Gue nggak mendapat hiburan seperti yang gue harapkan di awal. Gue nggak ketawa.
Buku ini bagi gue berisi hal-hal yang justru bikin gue terharu. Buku yang sama sekali nggak santai. Emang ringan banget, gue nggak perlu waktu lama untuk ngabisin buku ini ataupun cerna bahasanya. Karena bahasanya memang sangat sehari-hari. 
Ada banyak hal-hal yang menampar-nampar di ceritanya. Bukan sekadar cerita yang mempertontonkan kebodohan diri sendiri. Ada banyak hal yang buat gue berhenti baca sebentar, nutup bukunya dan sejenak merenung. 
Alit bicara soal LDR soal pacaran beda agama, perselingkuhan, soal adeknya, juga soal eyangnya juga soal hidup yang nggak mudah tapi gimana tetep jalaninnya dengan enjoy. Soal eyangnya itu gue bener-bener dibuat haru. Sekecil apapun perbuatan yang bisa nunjukin rasa sayang ke keluarga sebisa mungkin dilakuin di saat kita masih punya waktu. Karena kita nggak pernah tahu sesebentar apa Tuhan ngasih waktu ke kita untuk bisa bareng-bareng sama orang yang kita sayang.
Kelucuan-kelucuan di buku ini jadi cuma kaya ornamen, tambahan aja, bahkan beberapa kelihatan bener-bener kaya tempelan.
Alit bicara soal pengalaman pribadi, tapi ngebacanya nggak buat gue ngerasa kaya dia lagi dongeng kisah hidupnya. Karena mungkin kita juga pernah ngalamin apa yang dia alamin, atau orang di sekitar kita, ya, ada beberapa hal yang buat gue merasa nggak asing.
Sampai halaman terakhir, gue menanti kelucuan yang bisa buat gue ketawa, tapi yang ada gue dapetin keharuan-keharuan lagi.
Cubitan-cubitan kecil yang membuat gue jadi mikir tentang hal-hal sederhana yang kadang luput gitu aja.
Beberapa di antaranya ketika gue ngebaca kalimat ini:
"Sebenarnya, partnership bisa dilihat dari sudut pandang sesimpel itu. Kalau kita ngerasa kehilangan saat partner kita nggak ada, artinya kita memang membutuhkan dia. Tapi, kalo saat dia nggak ada, kita ngerasa hidup kita berjalan seperti biasanya, artinya dia nggak sepenting itu buat kita. Nggak perlu kebanyakan drama." (hal. 137)
Tapi seenggak dramanya seseorang pasti pernahlah dalam hidupnya ngelakuin sesuatu yang drama banget. Di buku ini gue nemuin satu hal yang buat gue kaget, waktu dia ngelakuin hal yang cukup freak abis kepoin mantan pacar yang pernah LDR, nggak nyangka banget pas baca bagian itu, haha.
Tapi mungkin manusia emang pasti pernahlah sesekali atau beberapa kali ngelakuin hal-hal yang freak secara sadar karena cinta. Manusiawi.
Anyway, "Relationshit" nggak cuma bahas soal relasi antar pacar aja, ada banyak di dalamnya, dari soal sahabatnya yang namanya Trisna (bagian ini juga bikin terharu), adeknya, eyangnya, sampe mobil yang dia kasih nama Jeni. Relasi emang bisa sangat luas banget, dan itu yang buat buku ini enak untuk dibaca sampe habis.
Pertama kali gue tahu nama Alitt adalah pas waktu acara di Binus, Maret 2012, "The Influencer of Twitter" gue liputan ke sana, dia jadi pembicara bareng Bena dan Arief Muhammad. Gue nggak gitu tahu dia itu siapa, dan di acara itu dia juga nggak banyak ngomong, panitia pun nggak ngasih waktu lebih selepas acara untuk wawancara. Dan karena untuk event aja, omongan tiga-tiganya di panggung udah lebih dari cukup untuk dibuat artikelnya. Waktu itu tulisannya terbit di Koran Jakarta dua hari setelah acara kalau nggak salah.
kampus Binus, 3 Maret 2012, talkshow SPBU

Setelah waktu berlalu cukup lama abis talkshow itu, baru kemaren gue beli buku dia.

Satu kalimat yang juga cukup menarik di buku ini:
"Masalah itu nggak ada. Masalah itu adalah istilah ciptaan manusia untuk pilihan terbaik dari Tuhan yang belum mampu mereka pahami." (hal. 202)
See, quotes yang bertebaran di buku ini sama sekali nggak lucu.
Beberapa ada cerita atau dialog yang bikin senyum-senyum sih, contohnya waktu nyokap pacarnya ngajak gabung di MLM, tapi ya tetep nggak bikin gue sampe ketawa. 

Kalau kalian butuh lelucon yang mengocok perut, secara pribadi gue nggak menyarankan baca buku ini.

Tapi kalau kalian ingin mencoba merasa tersentuh dengan bermacam hubungan dan relasi yang dialamin dan dirasain orang lain lewat tulisan ringan yang mengalir dan cara bercerita yang menyenangkan, buku ini nggak sia-sia untuk dilahap habis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar