Rabu, 18 Desember 2013

Pulang, Tak Selalu Berarti Kembali Ke Titik Awal


Setiap kita pergi kemanapun, menghadiri acara ulang tahun teman, bekerja, berkencan, liburan dan aktivitas apapun yang kita namakan ‘pergi’, pasti selalu diiringi dengan kata ‘pulang’. Kemana pulangnya? Sama siapa pulangnya? Naik apa, dan lain sebagainya.

Padahal kita KADANG nggak tahu betul kita mau pulang kemana, kita kadang nggak bener-bener pengen pulang, kita cuma pengen pergi, kita cuma tahu itu.

Apa pulang selalu identik dengan rumah? Rumah seperti apa? Rumah fisik dengan isi keluarga kita? Apa jadinya kalau rasa betah itu lebih lo rasain di luar rumah?
Apa jadinya kalau ketika lo pergi, ketika lo berada di tempat-tempat baru, lo justru selalu ngerasain ‘pulang’.
Selalu ada rindu yang buat lo ingin kembali mengunjungi tempat-tempat itu, tempat dimana justru nggak ada rumah asal lo, nggak ada keluarga lo, nggak ada orang yang lo kenal, tapi lalu semua yang asing itu menjadi terlalu akrab, karena lo mengakrabi keterasingan dan lo menikmati itu. Kemudian mereka yang asing itu menjadi keluarga, keluarga yang mungkin tidak akan menetap di satu tempat saja dan menunggu lo pulang, tapi keluarga yang bisa ada di manapun, bahkan di setiap jejak kepergian lo.

Keluarga yang bisa lo temukan tanpa mesti punya ikatan darah; rumah yang selalu membuat lo nyaman tanpa lo harus menetap.

Setiap pengelana akan selalu merindukan pulang, meski kepulangan tak selalu berarti kembali di titik awal, tapi bisa jadi, pulang ke setiap kepergian yang telah dilaluinya.



3 komentar:

  1. Seseorang yang tidak bisa menemukan kebahagiaannya dikeluarga, maka ia juga tidak akan menemukannya ditempat lain.
    Jika setiap kepergian punya tujuan, bukankah juga seharusnya pulang pada titik awal ?

    BalasHapus