Minggu, 19 November 2017

Gue Pengen Museum di Jakarta Jadi Primadona Wisata yang Memesona

November 19, 2017 20

Bosan pergi ke mall di akhir pekan, saya dan teman saya Fitri akhirnya merencanakan tur wisata ke museum-museum di Jakarta. Kami janjian di Halte TransJakarta Monas. Museum yang pertama ingin kami kunjungi adalah Museum Taman Prasasti. Karena saya belum pernah sama sekali berkunjung ke museum ini.

Letak Museum Taman Prasasti ada di Jl. Tanah Abang I no.1. Tapi bukan berarti dekat dari stasiun Tanah Abang, lho. Untuk sampai ke sini, saya dan Fitri jalan kaki dari Halte Transjakarta Monas. Nggak terlalu jauh dan lumayan buat sekalian olahraga.

Lonceng Kematian. Biasanya dibunyikan kalau ada jenazah baru yang akan dimakamkan

Sesampainya di sana kami langsung menuju tempat pembelian tiket.
“Untuk dewasa dua orang jadi 10.000. Mau dipandu untuk keliling Mbak?”
“Wah, boleh Mas, biar lebih paham.” Dengan senang hati kami mau aja dipandu sama guide museum. Biar nggak bengong-bengong aja kan ngeliatin makam.

Mas Yudi, Pemandu Museum Taman Prasasti

Mas Yudi, pemandunya asyik banget ngejelasin kami satu persatu tentang isi museum ini. Saya jadi sedikit belajar juga tentang sejarah. Setiap nisan di museum ini punya cerita-cerita yang menarik.

Saya cukup merinding ketika melihat monumen Pieter Erberveld. Ada semacam tengkorak yang ditusuk dan ditaruh di atas nisannya. Mas Yudi pun menjelaskan bahwa Pieter Erberveld ini dulunya seorang pemberontak yang ingin membunuh orang-orang Belanda, tapi rencananya ini ketahuan pemerintah Belanda. Dia pun dihukum dengan cara yang kejam.

monumen Pieter Erberveld

Tubuhnya ditarik dengan empat ekor kuda ke empat arah berlawanan, sampai tubuhnya terpecah dan berserakan di jalan. Hiii, ngeri banget, ya. "Lokasi eksekusinya sampai saat ini dikenal dengan sebutan Kampung Pecah Kulit." ujar mas Yudi menyebut daerah di JL. Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat. Wah, nggak nyangka ya di balik nama sebuah kampung ternyata diambil dari tragedi yang mengerikan.

Nisan istrinya Raffles

Selain nisan dan makam ada ornamen-ornamen patung malaikat yang artistik. Kami juga melihat nisan makam Olivia Marianmne Raffles, istrinya Thomas Stamford Raffles. Di sebelahnya ada makam sahabatnya, Jhon Casper Leyden. "Sebelum meninggal memang dia berpesan ingin dimakamkan di sebelah makam sahabatnya itu." ujar mas Yudi. Ada juga nisan Monsignor Adami Caroli Claessens, seorang Uskup yang juga berjasa membangun kembali Gereja Kathedral yang sempat roboh pada tahun 1890.


Yang juga cukup menarik perhatian adalah tugu berwarna hijau yang ternyata Monumen J.J. Perie, seorang Mayor Jenderal Belanda yang berprestasi, ia mendapatkan gelar bangsawan dan dianugerahi Order of the Lion Belanda. 
Soe Hok Gie, yang meninggal di usia muda, 27 tahun :(


Nggak cuma nisan atau makam orang Belanda aja yang ada di sini. Ada peti Soekarno dan Hatta juga dan nisannya Soe Hok Gie. "Jenazahnya sendiri sudah dikremasi dan abunya ditabur ke dalam kawah Mandala Wangi, Gunung Pangrango, gunung favoritnya dia." lanjut mas Yudi saat kami berada di depan nisan Soe Hok Gie.

Komunitas sketsa yang fokus banget ngegambar

Saat itu museum lumayan ramai, ada komunitas sketsa sibuk ngegambar di sekitar museum. Setelah dari museum Taman Prasasti, kami jalan kaki lagi ke halte TransJakarta Monas dan naik bus TransJakarta ke kawasan Kota Tua. Kami berdua lanjut jelajah ke Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik.
Selfie dulu :D



5 Harapan Saya untuk Museum di Jakarta


Seru banget ternyata wisata jelajah museum-museum di Jakarta. Lima keinginan saya untuk museum di Jakarta ini mungkin bisa membuatnya menyedot lebih banyak pengunjung.

Gue pengen Museum di Jakarta Jadi…

1. Tempat Hangout-nya Anak Muda Kekinian

Bergaya di depan lukisan karya Affandi di Museum Seni Rupa dan Keramik

Kalau ada kafe di museum bisa jadi tempat rehat orang-orang yang capek setelah menjelajah museum. Bisa juga dibuat mural yang artsy di dinding-dinding museum atau photo booth. Jadi kita-kita bisa selfie atau wefie dengan background yang instagramable dan tinggal dipamerin ke media sosial.

2. Tempat Wisata Favorit Keluarga

Ada Si Unyil dan kawan-kawannya di Museum Wayang :)

Museum belum jadi tempat wisata favorit keluarga karena dianggap membosankan. Museum yang banyak acara seru untuk keluarga pasti akan jadi tempat favorit untuk rekreasi. Misalnya di museum Wayang yang banyak wayang dan boneka kalau ada pertunjukan bonekanya pasti lebih menyenangkan.

3. Tempat Berkolaborasi bagi Pekerja Kreatif

Seru ya ngelihat museum ramai begini :D

Museum yang dipadukan coworking space mungkin akan lebih menarik. Ruangan yang nyaman dengan tempat duduk yang empuk, wifi yang kencang dan dikelilingi benda-benda bersejarah pasti dapat mendatangkan inspirasi.  


4. Tempat Bermain Anak yang Edukatif

Kalau saja museum dibuat lebih interaktif pasti akan lebih menyenangkan. Misalnya ada ruang bermain anak yang berkaitan dengan isi museum. Sambil bermain, anak-anak juga jadi bisa belajar.

5. Tempat Ikonik yang Wajib dikunjungi Wisatawan

Belum pas rasanya kalau ke Paris tapi belum ke museum Louvre yang ada piramid transparan besarnya itu. Di dalam museumnya juga ada karya terkenal dari Leonardo da Vinci yakni "Mona Lisa". Kalau museum di Jakarta mau lebih populer di kalangan wisatawan baik dalam dan luar negeri, bisa dibuat iconic building atau main attraction yang menjadi daya tarik utama untuk menyedot perhatian.

Semoga museum-museum di Jakarta bisa terus berbenah dan berinovasi jadi tempat yang lebih nyaman, seru dan banyak menyajikan acara menarik. Karena dengan adanya event akan membuat sebuah tempat menjadi lebih hidup dan banyak dikunjungi. Saya berharap ke depannya museum-museum di Jakarta jadi primadona wisata yang semakin banyak menarik wisatawan nusantara dan mancanegara. Amin!

#EnjoyJakarta #enjoyjakmuseum #jakartatourism
*Catatan: Kunjungan ke 3 museum di atas dilakukan pada bulan November 2017
Foto & Ilustrasi: Aprillia Ramadhina & koleksi pribadi

Senin, 06 November 2017

Mari Bergaya dengan Dompet Kertas!

November 06, 2017 7

Kapan terakhir kali saya ganti dompet? Kayaknya udah lama banget dan sekarang udah bosen juga nggak ganti-ganti dompet. Dan ternyata saya ketemu dompet dari Little Big Paper yang nggak cuma unik gambarnya aja, tapi juga bahannya. Yup, bahannya dari kertas alias paper wallet.

Biarpun dari kertas, dompet Little Big Paper ini nggak gampang rusak kalau kena air, lho. Nggak gampang ambyar kayak hati jomblo yang lama kesepian gitu, deh. Well, apa aja yang saya suka dari dompet kertas ini?
  • Desainnya. Yes, sebagai pemilik Meon Design, saya selalu men-judge barang dari visualnya, hahaha. Saya suka desainnya yang simple. Saya pilih warna kesukaan saya, cokelat. Terus ada gambar partitur gitu, unyu!
  • Enteng banget. Iya, nggak berat kayak masa lalu kamu yang belum kelar gitu, hahaha. Males banget, kan kalau bawa dompet yang berat kemana-mana.
  • Tahan air. Bahannya bukan kertas sembarangan. Selain waterproof, dompet ini juga nggak gampang sobek.
  • Tipiiisss banget. Bisa gampang masuk di kantong celana, di pouch atau di tas kecil. Ringkes kes kes.
  • Unik. Kalau kamu bawa nih dompet terus dilihat orang pasti bikin penasaran. Terus pada pengin megang deh untuk buktiin ini beneran dari kertas atau bukan :D.

 
Jangan cuma dompetnya yang keren, isinya juga harus keren :)
Untuk dompet kecil atau little wallet ini kalau buat saya, biar dompet nggak jadi gembung banget, cukup bawa maksimal 10 lembar uang kertas. Cocok nih untuk dibawa hang out, biar nggak perlu bawa uang banyak-banyak, jadinya bisa ngirit, hehe.

Di dalemnya ada 4 slot tempat kartu. Untuk saya sendiri biar enak dibawanya, nggak perlu bawa kartu banyak-banyak, cukup ATM, KTP dan uang elektronik. Untuk saya pribadi, dompet kayak gini ngelatih saya untuk nggak nimbun kertas-kertas nggak penting kayak struk belanjaan, struk parkir dan lain sebagainya.
Slim banget ya, praktis dibawa kemana aja :D

Tapi, kalau kamu lebih seneng dompet yang isinya muat banyak kartu, kamu bisa pilih dompet panjangnya atau big wallet. Harganya nggak beda terlalu jauh, kok. Kalau yang kecil harganya 100 ribu, yang panjang harganya 160 ribu. Murah meriah, kan?
Walau bahannya kertas, tapi tahan air. Kalau kena air tinggal dilap aja

Motifnya juga keren-keren banget, ada yang motif kamera, kaset, donat, wah macem-macem deh pokoknya. Kalau mau lihat-lihat dan mau beli karena udah bosen sama dompet lama atau mau kasih kado ke orang yang disayang (walaupun belum tentu balik sayang) bisa cek aja instagramnya @littlebigpaper

Oh, ya, kalau udah ganti dompet baru, jangan lupa juga diisi dalemnya. Jangan sampai udah bergaya pakai dompet baru yang keren, eh, isinya kosong. Duh, malu atuh euy. Moga-moga dengan punya dompet baru, rejeki jadi makin lancar ngalir dan makin semangat cari duit. Amin!

Foto: Aprillia Ramadhina